14.17 WIB Kantor Mezanin RS Permata Depok
Ketika berangkat kerja, lokasi rumah sakti ditempuh dengan menggunakan dua angkot, pulang pergi berarti 4 kali naik angkot dalam sehari. Ternyata di angkot banyak cerita. Melihat bagian kecil dari dunia. Kalau biasanya di kantor, rumah sakit, ketika kuliah dulu, masih di dominasi oleh perempuan ya, lumayan jarang menemukan laki-laki. Tapi untuk kali ini aku melihat laki-laki lebih bayak dari perempuan, bisa disebut mereka yang bekerja berat di luar (pekerja kasar).
Mengamati dalam senyap dibalik jendela angkot ketika sedang berhenti menunggu penumpang, berkumpul laki-laki berkulit kusam, bertato, muka sangar, dan saling bercanda satu sama lain. Di satu sisi ku perhatikan supir angkotku kali ini, badannya kurus kering, lengan bajunga 3 kali lebih besar dari lengan sebenarnya, mukanya datar tanpa ada guratan senyum, berbalik ke belakang ku lihat laki-laki bertato sedang bertengger di tengah jalan bertarung dengan hiruk pikuk kendaraan yang silih berganti, ia gunakan tangan dan pluit di mulutnya untuk mengatur arus lalu lintas di simpang kemacetan itu.
Brummmm... angkot pun menyalakan mesinnya, pertanda akan berangkat dengan cuman ada aku, penumpang satu-satunya di dalam, mendengar suara itu, aku kembalikan fokusku ke depan jalan, tiba-tiba satu laki-laki bertopi celana robek-robek menghampiri abang supirnya, muka abang supir itu berubah seperti ancang-ancang ingin berbicara. Laki-laki bertopi itu mengulurkan tangan kepada pak supir, pak supir pun memberi uang logam sejumlah 500 rupiah, kemudian timbul percakapan yang selalu ku hindari dan segera ku alihkan mataku ke Handphone di tanganku.
"segini doang?!" (dengan nada tinggi dan keras). "Baru kloter pertama bang" jawab pak supir sambil mencoba melajukan angkotnya dan mengabaikan laki-laki bertopi hitam itu. Aku sendiri sibuk melihat hapeku, berlaku seperti tidak ada apa-apa, padahal pendengaranku terpasang jelas untuk menyimak percakapan mereka. Di situasi inilah yang paling membuat aku takut ketika berangkat naik angkot, seperti ada pemalak yang menghadang berjalannya angokot tersebut. Aku tahu bapak supir juga tidak banyak dapat uang, dalam sekali perjalanan juga cuman aku yang ada di dalam angkot, dengan jarak sejauh itu cuman dapat 5.000 dariku, sehingga 500 rupiah bisa ia keluarkan untuk orang lain sudah sangat besar. Dibandingkan pada diriku, 500 rupiah tidak bisa ku gunakan untuk apa-apa. Selama ini aku sering menyepelekannya, astaghfirullahaladzim. :''
Pemandangan dan situasi inilah yang sehari-hari ku saksikan dan alami. Ku sebut ini salah satu cerita dunia dalam menjemput rezekinya. Mereka ditempa begitu keras dan harus mendapatkan rezeki dengan cara yang keras pula, apakah mereka menginginkan hal ini? kurasa tidak, mereka juga ingin kehidupan yang lebih baik. Melihatnya membuatku selalu bersyukur betapa banyaknya nikmat yang Allah berikan padaku, belajar mudah, makan gampang, bekerja nyaman, dan masih banyak lagi, sedangkan di luaran sana, banyak penanggungjawab nafkah istri dan anaknya keluar keringat, kepanasan, bekerja keras, untuk menjemput rezeki mereka.
Disini aku juga belajar, bahwa uang lima ratus rupiah itu sangat berharga, berharga bagi siapapun laki-laki di lokasi itu, dan selama ini aku menyiia-nyiakannya, banyak orang membutuhkannya dan mengumpulkan pundi-pundi lima ratus rupiah untuk dibawa pulang kepada keluarganya. Aku tidak bisa membayangkan, berapa uang yang mereka bawa untuk keluarga mereka dari bekerja lepas seperti itu, Mungkin sangat sulit sekali dalam hal ekonomi. Mereka juga diberi cobaan yang lebih berat, mungkin mereka merasa tidak ada waktu untuk kembali kepada Allah, tenaga dan keringatnya dipakai untuk mencari rezeki, yang dipikirkannya keluarganya, ini yang membuat aku tambah dan bertambah lagi sedih. Andaikan ada pemuda yang bisa menggandeng tangan mereka dan mengenalkan Tuhan lagi kepada mereka, bahwa Tuhan tidak pernah tidur memantau dan memberi rezeki kepada kita semua.
Diri ini yang diberi kenikmatan mudah untuk beribadah pada Allah SWT. Tapi masih sering lalai. Masih sering jauh dari bersyukur. Terkadang hati ini sedih, pengen rasanya mereka semua mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan lebih layak, dan diri ini hanya bisa mendoakan dan mengambil hikmah dari semuanya/.
kerasnya dunia luar membuatku belajar untuk menyisihkan uang bagi orang lain lebih penting dibanding memuaskan diri dengan berlebih-lebihan.
v
No comments:
Post a Comment
AFbm12 Production