Rumah Impian

Dirimu esok ialah mimpimu hari ini

Coretan Afbem

Post Page Advertisement [Top]









                     
Akan Menjadi Dokter Seperti Apakah Saya?
Apa yang Akan Saya Berikan Untuk Bangsa dan Negara?
Oleh : Afbem

22 Februari 2019, Bismillahirrohmanirrohim, Puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan yang maha ESA. Yang telah memberikan saya kenikmatan dan kesempatan untuk dapat menuliskan hal ini, sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga saya bisa terus mengikuti sunnah-sunnahnya.
Tidak terasa, saya sudah melewati 4 tahun perjalanan menjadi mahasiswa kedokteran, banyak proses yang telah saya lewati menjadikan pembelajaran yang sangat bermanfaat selama ini. Dimulai dari tidak percaya bisa masuk di Universitas terbaik sampai saat ini saya sudah menjadi bagian dari Universitas ini. Rasa tidak percaya ini saya tuangkan dalam bentuk syukur kepada Allah SWT. Alasan mengapa saya dapat bertahan sejauh ini ialah rasa syukur yang selalu saya kedepankan dari pada apapun. Di sekitar kita banyak sekali yang tidak seberuntung saya, atau masih banyak yang sedang diuji dengan kesulitan dan kesusahan, sedangkan saya disini hanya diperintahkan untuk belajar dan kuliah bersungguh-sungguh tidak perlu mencari uang untuk berkuliah, sungguh hina rasanya jika diri ini jauh dari tuhanNya sedangkan nikmat terus mengalir dari segala sisi kehidupan saya.
Oleh karena itu, rasa syukur ini juga lah yang membuat saya ingin menjadi dokter yang baik yang bermanfaat bagi banyak orang dan tentunya profesional dalam ekspertise yang sedang saya enyam. Saya akan jabarkan satu per satu apa yang akan saya lakukan. 

  • Pertama saya akan menjadi dokter yang bermanfaat, untuk bisa bermanfaat berarti banyak meluangkan waktunya untuk orang lain. Profesi ini memang akan menuntut waktu yang tidak sedikit, selain memang kewajiban itu ada secara otomatis kita juga harus menanamkan  rasa ikhlas, tulus dan niat untuk membantu orang lain. Saya sendiri terus belajar dan memperbaiki diri serta melatih rasa ini untuk diterapkan dalam sehari-hari. Sehingga, ketika saatnya nanti saya menjadi dokter, saya akan menjalaninya dengan bahagia tanpa beban dan semata mengharapkan ridho dari Allah SWT. Beda jika saya hanya menganggap ini sebuah kewajiban saja.
  • Yang kedua, menjadi dokter yang profesional, hal ini tentunya dipupuk sejak awal proses pembelajaran sampai nanti ketika menjalani dunia kedokteran itu sendiri, memperhatikan dan mempelajari karakter setiap dokter yang saya temui dan terus merefleksikan kelebihan serta kekurangan diri akan membantu saya menjadi dokter yang profesional. Saat ini sudah sangat banyak dokter yang saya jadikan teladan untuk ke depannya menjadi karakter yang akan saya terapkan. Sebagai contoh : saya menemui dokter yang merelakan waktunya untuk mendidik mahasiswanya dengan sangat sungguh-sungguh padahal kegiatan beliau sangat padat. saya melihat seorang dokter sangat lembut, ramah dan mendengarkan keluhan pasien dengan seksama. Saya menemui dokter yang menjunjung tinggi hak pasien dengan menghormatinya sebagai manusia seutuhnya bukan sebagai objek yang sembarangan saja untuk diperiksa, saya juga melihat dokter yang baik dalam informed consent dan edukasi ke pasien terhadap penyakit serta pengobatannya. Saya juga melihat dokter yang peduli dengan keluarga pasien dan menjalin komunikasi tidak hanya dengan pasiennya tetapi juga dengan keluarga pasien. Saya melihat dokter yang memperhatikan penampilannya dengan baik, bersih dan rapih, ya ia melakukannya untuk terlihat menyenangkan dan nyaman dipandang oleh pasien. saya juga pernah memperhatikan dokter Konsulen yang ketika ronde ke pasien mau untuk berkomunikasi dan kembali meriksa pasien serta detil dalam menganalisis penyakit pasien. Banyak lagi pengalaman yang saya temui yang menjadi contoh bagi saya untuk menjadi dokter seperti apa saya ke depan. Poin penting dari profesional ini juga sikap empati. Empati ialah kemampuan yang harus dimiliki setiap dokter, fatal rasanya jika empati ini tidak mendarah daging di jiwa seorang dokter. Karena empati ini jika kita terapkan 80% kita telah menenangkan hati pasien dan memberikan rasa optimis bagi pasien untuk melawan penyakitnya. Kalau pasien sudah memiliki motivasi untuk sembuh dan melawan penyakitnya, dokter juga tidak sulit untuk memberikan intruksi dalam pengobatan, jika ia mengidap penyakit kronis, maka ia akan menjadi manusia seutuhnya dan bersemangat untuk melakukan hal bermanfaat yang ia bisa lakukan, beda jika pasien tidak bersemangat dan tidak termotivasi untuk melawan penyakitnya apalagi jika dokter yang mengurusinya tidak berempati, maka rasanya ia akan semakin membenci penyakit yang sedang menyerangnya. Rasanya manfaat dari berempati tidak akan selesai dijelaskan, saya sendiri terus belajar dan terus berdoa agar diberikan kemampuan komunikasi dan perilaku yang baik yang mampu memberikan kenyamanan kepada pasien.
  • Yang ketiga, saya akan menjadi dokter yang takut kepada Allah SWT dan mencintai Rasulullah SAW. Bertuhan dan beragama ialah pondasi yang utama untuk menjalani kehidupan, karena mereka akan menuntun kita ke jalan yang baik dimanapun dan sebagai apapun. Saat ini saya terus memperbaiki diri dalam berperilaku dan bersikap terhadap sesama termasuk terhadap teman sejawat saya. Saling menghargai, ramah tamah, bertutur kata dengan sopan santun, tidak menjelekkan sejawat di depan pasien, berpendapat dengan baik, menegur dan mengingatkan jika ada sesuatu yang mengganjal atau tidak sesuai dengan semestinya.
Selanjutnya, saya akan menjelaskan tentang apa yang akan saya berikan kepada negara dan bangsa.
Menjadi mahasiswa yang dibiayai oleh negara untuk berkuliah membuat saya bahagia, sedih, sekaligus takut. Bahagia karena saya punya kesempatan menuntut ilmu, ditempatkan Allah dengan orang-orang yang sholeh/sholehah lagi cerdas, tidak banyak yang mendapat kenikmatan seperti ini, di sisi lain saya juga sedih, karena saya masih bergantung dalam hal ekonomi, belum bisa menghasilkan finansial secara mandiri, dalam hal ini saya selalu berniat untuk suatu saat bisa mandiri dalam hal ekonomi. Selain itu saya juga merasa takut, merasa takut karena Allah telah memberikan banyak kenikmatan dan kesempatan pada saya, tapi saya masih belum maksimal dalam belajar dan menuntut ilmu, saya lebih bodoh dibanding teman yang lain, saya masih jarang belajar, saya takut menjadi orang-orang yang kufur dari nikmat Allah SWT. Untuk itu ketika saatnya saya sudah menjadi dokter, saya ingin menjadi dokter yang tidak mengharapkan duit dari pasien kecuali hanya sedikit, saya ingin menjadi pengusaha agar penghasilan saya bukan dari profesi sebagai dokter tapi dari usaha saya tersebut. Usaha saya nanti juga gak menutup di bidang kesehatan, mungkin membuat klinik, fasilitas medical check up, dll. Yang terpenting bagi saya harus menjadi pengusaha, dan harus meniatkan untuk mendapatkan penghasilan dari suatu usaha.
Saya berasal dari Tanah Sumatera, setelah nanti menjadi dokter saya akan berkontribusi kembali ke tanah kelahiran saya, terutama daerah saya masih membutuhkan dokter untuk mencerdaskan dan memfasilitasi sarana kesehatan bagi masyarakat. Ingin rasanya tidak hanya menjadi dokter umum, ingin terus belajar dan memperbanyak ilmu di almamater saya saat ini, almamater ini telah sampai pada tahap cinta dalam hati saya. Sama rasanya mencintai negara ini, rasanya ingin menuntut ilmu lebih banyak untuk  pendidikan spesialis di UI jika Allah memberi kesempatan itu. Namun saya akan mencari pengalaman dan mengabdi ke masyarakat terlebih dahulu setelah beberapa tahun, jika Allah memberikan kesempatan, saya akan mengambil pendidikan spesialis di UI. Insyaallah spesialis Ilmu Kesehatan Anak.
Yang akan saya berikan untuk negara dan bangsa, saya tidak hanya menjadi dokter yang mengobati pasien (kuratif) namun saya juga akan mengedepankan pencerdasan kepada masyarakat terkait isu-isu kesehatan yang penting diketahui masyarakat. Terutama di kampung saya di Sumatera, pendidikan masyarakat belum masuk pada tingkat tinggi, masih menjadi lingkungan yang rendah dalam dunia pendidikan.
Jika saya rangkum, maka apa yang akan saya berikan untuk negara, yang pertama menjadi dokter yang tidak menguras penghasilan dari pasien, penghasilan dengan membentuk usaha atau bisnis. Yang kedua saya akan mengabdi dan menjadi SDM negara dengan mengembangkan pengetahuannya, yaitu dengan mengikuti pendidikan spesialis untuk meningkatkan sistem kesehatan di negara kita utamanya mengembangkan daerah dimana saya berasal. Yang ketiga saya akan mencerdaskan masyarakat terkait hal kesehatan dan bukan hanya mengobati pasien.
Demikian yang dapat saya tuliskan, semoga Malaikat dan semua yang membaca mengaminkan cita-cita saya ini. Saya juga berdo'a kepada Allah semoga saya selalu diberikan keberkahan di setiap kata, gerak-gerik dan keseluruhan perilaku, Aamiin ya rabbal'alamin. 


Aku dan Etos 
by : Afbem

16 November 2014. Tahu tanggal apakah itu? Bukan, itu bukan tanggal lahirku karena aku lahir tahun 1996. Bukan, itu juga bukan tanggal Ujian IBD (modul RIK semester pertama). Nah… benar, tanggal itu ialah pertama kali aku tiba di Asrama Etos Akhwat (Asetat).
Lalu?? Apa yang aku lakukan pertama kali disana? Kenalan, bermain, tidur, nonton tv, belajar??  Bukan semua itu. Tapi aku diam, diam mengamati sekelilingku. Heran, kagum dan penuh tanda Tanya. Yang aku rasakan ialah Kakak-kakak etos yang ramah dan seperti mengayomi penuh kasih sayang gitu, sholat selalu berjamaah dan ada yang mengumandangkan iqomat, semua berhijab syar’i dan taat-taat beragama. Ini semua yang buat aku heran dan terkagum.
Sampai 2 minggu berjalan aku masih sosok fenti yang diam dan menyebalkan. Hehehe katanya sih saya dulu diam dan serem gitu, tidak mudah bergaul. Memang itulah yang saya lakukan saat itu. Beradaptasi dan mengamati semua hal walaupun jadi sok miss. Serius. Saya mengikuti semua kegiatan etos seperti meraba dalam gelap. Semua-semuanya dimengerti sendiri tanpa dijelaskan sebelum-sebelumnya. Hmmmm aneh awalnya saya juga tidak tahu mengapa seperti itu. Mudah-mudahan maba sekarang tidak merasakan yang saya rasakan dulu meraba dalam gelap :D HEHEHEHEHE. Oke stop ngoceh-ngoceh tentang pandangan pertama terhadap etos. Selanjutnya apa?? Selanjutnya ialah proses differensiasi dari diri saya?? Apa itu? Simak terus yaaa :D
Saya gadis kecil dari desa dengan kehidupan sederhana merantau ke ibu kota untuk melihat kekayaan dan kebesaran Allah. Mencari beasiswa dimana-mana itulah salah satu cara saya agar dapat bertahan hidup. Hingga akhirnya saya temukan beastudi etos. Setelah sebulan, dua bulan, dan saat ini sudah hampir setahun saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Bukan hanya kebutuhan yang dapat terpenuhi tapi saya memiliki keluarga yang selalu mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Saya menjadi sosok yang berkerudung lebih lebar (masyaallah dulu temen saya maksa-maksa saya gak mau, Alhamdulillah atmosfer etos membawa saya menjadi sosok yang lebih baik). Bertukar pikiran dengan berbagai disiplin ilmu membuat saya sangat senang dan bahagia. Karena saling berdiskusi minimal saya mendapatkan sedikit informasi tentang disiplin ilmu yang lain. Dan tentunya yang paling menyadarkan saya ialah bagaimana menghargai dan mendengarkan orang lain itu sangat-sangat penting dan bermanfaat. (walaupun aku masih sering bercanda sama kakak-kakak etosku, semoga mereka memaafkanku huhuhuhu :’)
Setelah di etos saya sadar, bahwa mengapa Allah menciptakan manusia dengan telinga dua dan mulut satu agar kita lebih banyak mendengar (Risa Utami:2014). Itu nama pendamping kami yang sudah kami anggap ibu,kakak, sahabat, dan kadang adik kelas (sering dibully) hehehe. Selama ini saya orang yang bandal dan kurang bersungguh-sungguh (sekarang juga masih sedikit gitu sih) tapi di etos menyadarkan saya bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, akhiratlah tujuan kita bersama agar menggapain surga Allah. Oleh karena itu setiap perilaku, perbuatan, serta perkataan sedikitpun tidak luput dari perhatian Allah SWT. (bakal dicatet malaikat fen…!!!!)
Suri tauladan yang ditunjukkan kakak-kakak etos benar-benar menginsirasi saya dari cara berbicara, beribadah, menasehati, menjaga amanah, menjadi mahasiswa/i yang berprestasi semua sudah secara langsung saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri. Saya bangga ada di etos dan saya bangga menjadi bagian keluarga etos.
Mengabdi tanpa mengharapkan imbalan dan selalu bekerja karena Allah itulah yang selalu dijaga dan dicntohkan kakak-kakak etos, semoga saya bisa menjadi seperti mereka yang mencontohkan kebaikan kepada adik-adik saya nantinya.
Terima kasih etos, semoga persaudaraan ini bisa terus membimbing kita untuk selalu lebih dekat pada sang pencipta Allah SWT. Dan terima kasih kepada semua temen-temen olive (etos:2014 jakarta) semoga kita bisa selalu memberikan manfaat bagi sekitar kita. Aamiin ya Robbala’lamin.



Bersahabat dengan Keterbatasan
By : Afbem

Sahabat ialah seseorang yang kita kenal dengan istilah teman dekat. Sahabat ialah tempat curahan hati yang kita percayai bisa mendengarkan dan meringankan segala permasalahan kita. Keluh kesah yang kita ceritakan kepada sahabat bukanlah untuk menambah susah hidupannya, tapi justru inilah yang dinamakan kehidupan, saling berlajar dengan permasalahan orang lain yang membuat kita refleksi diri sehingga lebih tahan banting dalam menjalani kehidupan.
Persahabatan tidak akan pernah timbul jika tidak diawali dengan pertemanan. Begitu pula bersahabat dengan keterbatasan. Untuk menjadikan apa yang kita miliki menjadi sahabat kita, kita harus mengenal dulu siapa dia. Kita harus mencari tahu lebih dalam dulu mengenai dia. Itulah awal sebuah pertemanan menuju persahabatan.
Apakah keterbatasan itu sesuatu hal yang benar-benar menghambat kita untuk tidak berprestasi? Apakah keterbatasan itu sesuatu yang menghambat kita untuk benar-benar tidak bisa menjadi orang yang sukses? Jawabannya tentu TIDAK. Semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan, tetapi dengan mengenali diri, kita dapat menentukan langkah kesuksesan kita. 
Saat ini pengenalan jati diri sangatlah penting. Saat saya tahu siapa diri saya dengan keterbatasan-keterbatasan saya. Saya dapat memulai berusaha dari mana dan mau kemana. Karena jika saya berjalan di suatu tempat yang saya belum pernah ketahui, saya akan melihatpemandangan sekitar dengan tanpa tahu apa yang saya dapatkan untuk ke depannya. Tapi jika saya berjalan menggunakan peta, selain saya dapat menikmati pemandanan perjalanan saya juga akan tahu apa yang akan saya capai nantinya. Inilah yang saya maksud pentingnya mengenal keterbatasan kita. Saya menyebutnya "proses berteman dengan keterbatasan".
Lalu bagaimana jika kita sudah mengenal jati diri kita itu seperti apa? Maka setelah itu yang kita lakukan ialah memahami diri kita lebih dalam lagi. Yaitu menuju "proses bersahabat dengan keterbatasan". Dalam kehidupan yang kita jalani ini, bohong jika seseorang tidak memiliki masalah. Masalah itu pasti akan dimiliki oleh setiap makhluk hidup. justru manusia sudah dikatakan  tidak hidup jika tidak memiliki masalah. Masalah yang saya maksud disini ialah sesuatu yang tidak hanya menimbulkan keburukan saja. Sebagai contoh perlombaan, tugas-tugas, kewajiban ialah suatu masalah yang tidak hanya untuk dipandang saja tapi harus diselesaikan. Melirik dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa "keterbatasan" juga suatu masalah. Tapi apakah kita akan meninggalkannya? Apakah kita akan lari dari kenyataan yang ada? Tidak bukan? Justru kita akan menghadapinya dan menyelesaikannya.
Inilah yang saya pikir membawa kita kepada makna bersahabat dengan keterbatasan. Kalau kita sudah tahu keterbatasan ialah masalah maka kita hadapi dan kita selesaikan dengan cara menjadikannya sahabat. Layaknya seorang sahabat memberikan motivasi, solusi, mendengarkan, menghibur, inilah yang kemudian kita terapkan pada keterbatasan kita. Bukankah dengan keterbatasan, kita dapat termotivasi untuk menjadi yang lebih baik? Bukankah dengan keterbatasan, kita bisa bertekad dan berniat lebih kuat? Bukankah dengan keterbatasan membawa kita menjadi manusia super jika bisa mendobrak benteng keterbatasan?  Bukankah dengan keterbatasan pula kita menjaga diri kita dari hal-hal yang berlebihan dan bermalas-malasan.
Andaikan semua orang sudah menjadikan keterbatasannya itu sahabat, dia akan selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Allah SWT pada dirinya. Tidak ada lagi rasa malu untuk melakukan sesuatu, apalagi rasa minder. Karena orang-orang yang bersahabat dengan keterbatasannya berarti ia dapat mengendalikan dirinya dengan baik.
Dalam hidup saya, keterbatasan yang saat ini saya miliki ialah masalah ekonomi dan dukungan keluarga. Saya hadir dalam sebuah keluarga yang sederhana, saya juga bukan sosok yang luar biasa di antara kakak saya yang lainnya. Tapi saya hadir hanya ingin melakukan perubahan terhadap keluarga saya. Dengan mengetahui siapa diri saya sebenarnya, dan sedikit melangkah lebih dekat menjalani pertemanan sampai merasakan indahanya bersahabat dengan keterbatasan, saya bertekad merubah keadaan ekonomi keluarga menjadi lebih baik.
Seperti kondisi saya saat ini saya tidak pernah minder dengan ekonomi yang kekurangan, justru keterbatasan itu benar-benar bekerja sebagai sahabat saya. Ia selalu memotivasi saya dalam mencapai apa-apa yang saya inginkan. Lahir dengan keluarga yang sederhana tanpa dukungan keluarga yang lebih, tanpa pengajaran yang mencerdaskan tetapi keadaan ini justru memberikan nasihat kepada saya untuk belajar dengan baik, untuk mencari ilmu setinggi-tingginya. Karena nantinya saya tidak ingin anak/cucu saya mengalami seperti yang saya alami. 
Teman-teman dan saudara-saudaraku semua. Percayalah keterbatasan itu tidak menjadikan penghambat untuk kita berlari dan menemukan kesuksesan kita. Tapi keterbatasan ialah apek yang mendukungmu di perbatasan garis lintasan untuk kamu terus berlari hingga sampai pada tujuanmu. Allah SWT maha penyayang dan sangat luas kasih sayangnya, saat kita sedih dan saat kita sedang demotivasi ingatlah Allah dan berdzikir padaNya. Karena sesungguhnya tiada satupun yang dapat kita peroleh kecuali dengan izinNya. Dan jika kita mulai merasa sedih, capek, lelah hadirkanlah sahabtmu di dekatmu. Ingatlah dan kenanglah sudah sejauh apa kau melangkah. Ingatlah dan pikirkanlah tujuanmu untuk mendobrak benteng keterbatasan menjadi benteng pelindung dari hal yang bermalas-malasan.
Inilah hal kecil yang dapat saya tulis untuk kita semua. Semoga bermanfaat dan dapat dipahami oleh yang membacanya. Satu pesan yang terakhir dari saya “ Bersahabat dengan keterbatasan bukan menjadikan kita rendah dan meratapi kekurangan, justru sebaliknya bersahabat dengan keterbatasan ialah proses seribu langkah lebih cepat untuk meraih kesuksesan
Salam Ukhuwah dan Cinta untuk Generasi Muda
10 Januari 2016


Dibalik Keindahan Rencana Tuhan
By : Afbem

Malam ini saya berdiam diri di kamar,  2x3 meter bujur sangkar, benar itulah luas kamar saya, yaitu  salah satu kamar asrama UI tepatnya. Kamar inilah yang menjadi saksi sebuah munajat seorang hamba kepada tuhannya.  Sebenarnya apa yang terjadi pada malam itu?
Malam itu saya menangis, bukan tangisan haru atau kebahagiaan, bukan pula tangisan duka, melainkan tangisan untuk mengadu pada yang maha kuasa,  saya menangis memohon ampun dan meminta pertolongan atas musibah yang saya alami. Sehari sebelumnya saya tertimpa musibah hipnotis yang melenyapkan 7,5 juta uang saya di ATM. Hipnotis via telfon yang malam itu masih terngiang-ngiang di benak saya menghantui pikiran saya setiap hari, walaupun kesedihan itu perlahan-lahan hilang tapi membekas trauma di pikiran saya. Bagaimana saya tidak begitu menangis, karena uang itu ialah uang biaya hidup saya untuk beberapa bulan, uang itu ialah uang pemberian dari guru-guru, teman-teman, dan sanak saudara untuk keberangkatan saya ke depok serta untuk biaya hidup sampai beasiswa bidikmisi saya terealisasi. Tapi semuanya hilang... hanya dua puluh ribu rupiah uang yang saya miliki, kemana saya mengadu?? Saat itu saya berpikir satu-satunya tempat mengadu hanyalah pada Allah SWT Tuhan yang maha Esa. Saya memohon ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi masalah ini.
Saya pun menceritakan kepada kakak-kakak kelas saya dengan kejadian ini, tidak genap 2 hari setelah kejadian itu, beruntun ucapan motivasi dan semangat saya terima dari teman-teman saya baik dari SMA maupun yang baru saya kenal di UI. Dan yang terlebih membuat saya begitu takjub ialah kabar ini sudah tersebar ke seluruh UI, saya bertanya-tanya mengapa kabar ini bisa begitu cepat diketahui banyak orang. Jawabannya ialah rencana Allah tidak satu pun manusia yang tahu. Tidak berhenti sampai disitu keheranan saya, Hanya selang beberapa hari banyak bantuan uang yang saya terima dari SMA saya SMA N 3 Rantau Utara, dari kakak-kakak kelas saya dari teman-teman UI yang notabene saya belum kenal, dan yang membuat saya yakin untuk menulis essay ini ialah bantuan dari Adkesma FK UI.
Apa itu adkesma, apa yang dilakukan adkesma, apakah adkesma sebuah organisasi atau unit kemahasiswaan. Semua pertanyaan itu sama sekali saya tidak tahu jawabannya, tapi benar-benar hal itu di depan mata saya. 2 orang kakak adkesma UI datang ke asrama dimana saya tinggal, dan mereka ibarat malaikat utusan tuhan yang menampung curhatan saya dan menjelaskan kepada saya banyak hal tentang kehidupan FK UI. Tentang kehidupan kampus, tentang kegiatan kamaba, tentang bagaimana hidup di depok semua itu membuat saya tak henti bersyukur kepada Allah SWT. Memang Allah tidak menjawab langsung doa-doa hambanya, tetapi dia mengirimkan dan merencanakan semuanya jauh lebih indah dari perkiraan akal manusia. Setelah saya merasa lebih baik dengan datangnya utusan Adkesma UI (kak Fikri dan kak Eja) ternyata masih banyak hal-hal indah yang saya alami lagi.
Tepatnya tanggal 7 Juli 2014, saya menerima sebuah pesan singkat dari seorang dokter bernama dr. Eda yang isi pesannya ialah dr. Eda mengajak saya untuk bertemu di gedung RIK. Keesokannya saya sudah menunggu dr. Eda di RIK, tetapi saya masih bertanya-tanya. Apakah dr. Eda alumni FK UI, atau kakak kelas penanggung jawab Adkesma. Saya masih terus memendamnya dalam hati. Tetapi saat tiba waktunya saya berjumpa dengan dr. Eda, saya dibawa ke ruangan sekretariat FK, Saya semakin bingung, karena selama ini yang saya temui ialah kakak kelas dan berbicara dengan kakak kelas di ruangan sederhana, tapi kali ini saya berada di ruangan sekretariat yang tempatnya para dosen dan staf UI, kebingungan itu menemani langkah saya saat dituntun dr. Eda menuju suatu ruangan. Percakan pun dimulai dan saya hanya takjub saat mengetahui di depan saya seorang dosen FK UI. Yang untuk memikirkan berjumpa dengan dosen sebelumnya saja saya tidak pernah terbayang tapi ini benar-benar tepat di hadapan saya. Lagi-lagi saya bersyukur kepada Allah SWT. Dalam hati ini menangis, menangis bahagia. karena saya yakin Tuhan tidak pernah tidur dan selamanya itu akan tetap saya yakini, musibah yang saya alami bukan kabar duka bagi saya justru sebaliknya, yaitu langkah awal bagi saya mengenal banyak hal tentang UI.
Saya ceritakan semua kepada dr. Eda tentang semua yang saya alami, saya sangat senang bisa bertemu sosok tenang nan nyaman seperti beliau, beliau memberikan banyak nasihat dan motivasi untuk saya. Saya sangat bangga bisa mengenal beliau sebelum kegiatan mahasiswa baru dimulai. Hal yang menarik lagi ialah. Setelah bulan juli terlewati rangkaian kamaba pun dimulai. Sebagai maba saya selalu dihantui dengan istilah IRS (Isian Rencana Study). Berbagai presepsi dari teman-teman, dari kakak-kakak kelas malah membuat saya semakin bingung. Setelah adanya penetapan dosen Pembimbing Akademik,  saya langsung mengirim pesan ke PA saya yaitu dr. feranindhiya, Sp.Kj melalui SIAK-NG. Saya terus menunggu balasan beliau tetapi belum juga ada. Saya tidak mengenal pembimbing akademik saya, dan tidak ada kontak person lagi yang saya ketahui, hanya pesan dari SIAK-NG itulah harapan saya.
Saat kegiatan PSAF, saya melihat dr. Eda, benar sekali dokter yang pernah membawa saya di gedung RIK, dokter yang memberikan saya semangat beraktifitas, dokter yang mengajari saya menggunakan ATM dengan baik, benar itu semua dr. Eda. Ingin rasanya menjabat tangan beliau dan menciumnya. Dan tiba waktunya dr. Eda membawakan materi tentang peraturan-peraturan di FK UI saat kegiatan seminar di PSAF. Saya hanya bisa tercengang dan terdiam saat mengetahui nama lengkap beliau ialah dr. Feranindhiya, Sp.KJ. Benar, beliau ialah Pembimbing Akademik saya, betapa bahagianya saya, sangat-sangat bahagia. Mestipun saya tidak bisa menceritakan kebahagiaan ini dengan orang lain tetapi melalui essay ini saya bangga berada di UI, saya bangga menjadi bagian  dari FK UI, dan saya bangga bisa dipertemukan lagi dengan dr. Eda. Oleh karena itu, dengan nikmat yang diberikan tuhan saat ini kepada saya, saya sangat bersyukur kepada Allah SWT. RencanaNYA sangatlah indah bagi hamba-hamba yang menyadarinya.
10 Januari 2016
Benih Unggul
By : Afbem
Aku gadis kecil yang lahir dari pasangan suami istri Samijan dan Partinem.  Di suatu desa kecil provinsi Sumatera Utara, aku dibesarkan dan diajarkan dasar-dasar kehidupan. Berbicara, Membaca, Beragama, Sopan santun, Menghormati yang lebih tua. Semua itu bekal awal dari perjalanan hidupku.
Kepolosan masa sekolah dasar  yang aku alami berbuah saat aku tumbuh dewasa. Sejak kecil, aku masih ingat bahwa aku sangat ingin kuliah di pulau jawa. Hingga akhirnya, kata-kata yang tidak jarang aku lontarkan ke ibuku sekarang jadi kenyataan. Saat aku kecil bahkan aku belum tahu apa itu kuliah, kuliah itu memakai seragam atau tidak, aku tidak tahu sama sekali. Tapi aku sudah mengatakan hal itu sejak kecil. Sekarang waktunya benih yang berbuah akan aku jadikan buah yang manis atau malah sebaliknya.
Universitas Indonesia, atau sering disebut UI. Inilah tempat yang aku pilih untuk mengembangkan cita-cita dan menuai kehidupan yang lebih baik di masa depan. Universitas Indonesia ialah satu-satunya Universitas yang menyandang nama negara di Indonesia. Luasnya yang berhektar-hektar, berbagai macam tumbuhan yang dibudidayakan, tenaga pengajar yang profesional terjamin mutu dan kualitasnya, bangunan-bangunan yang sungguh kokoh dan cinta lingkungan, ditambah lagi sistem keamanan yang apik serta  yang tidak kalah penting akses yang sangat nyaman. Itu semua membuat Universitas Indonesia ini sangat bergengsi di Indonesia bahkan di Asia. Itulah salah satu alasan mengapa aku memilih UI. Dan aku memilih UI juga dikarenakan ingin lebih mengenal saudara-saudaraku se-Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Ingin lebih memperbanyak pengetahuan dengan teman-teman daerah lain yang beragam bahasa dan budayanya.
Setelah memilih UI, lalu aku akan langsung bisa kuliah didalamnya. Itu salah besar. Aku berjuang masuk melalui jalur SNMPTN. Aku tidak pernah bercerita kepada keluarga tentang kuliah di UI. Karena jawabannya akan sama. Mereka tidak sanggup membiayai kuliahku. Jangankan di UI, di USU (Medan) itu juga tidak bisa keluarga membiayaiku. Tapi satu hal yang selalu memotivasiku bahwa tuhan tidak pernah tidur. Dia melihat dan mengetahui seluruh hamba-hamba yang bermunajat kepadanya. Dan hari yang aku tunggu tiba. Pukul 12 siang lebih pada tanggal 27 mei 2014 aku dinyatakan lulus Universitas Indonesia fakultas kedokteran jurusan kedokteran umum. Tiada kata terucap selain bersyukur kepada tuhan Allah SWT. Dipelukan teman-teman aku menangis haru karena banyak orang yang berjuang masuk Universitas Indonesia dan salah satu yang dipilih Allah ialah aku.
Keluargaku akhirnya memahami motivasi yang tinggi dalam diriku. Walaupum mereka tidak bisa sepenuhnya membiayai kuliah tapi mereka selalu mendukungku untuk semangat berjuang mendapatkan beasiswa bidikmisi yang saat ini sedang aku jalani. Bantuan demi bantuan terus mengalir mengiringi keberangkatanku ke jakarta, dari Guru-guruku, kakak alumni, orang-orang utusan allah yang bahkan aku tidak mengenal dekat dengan mereka. (alhamdulillah, puji syukur hanya bagi allah)
Akhirnya, sendiri ku langkahkan kakiku hingga tiba di ibukota negara Indonesia, itu ialah anugrah tuhan yang sangat besar untukku. Aku berangkat dari desa kecil menuju kota megapolitan, Tangis haru membasahi pipi ini, memeluk tubuh orang tua, memeluk tubuh sanak saudara, memeluk tubuh sahabat-sahabatku mengingatkan aku bahwa banyak harapan besar yang harus aku perjuangkan.
Disini aku berjanji, Aku akan berusaha menjadi dokter yang mengobati masyarakat dengan hati nurani, mengobati siapapun yang membutuhkan pengobatan bukan mengobati yang hanya memiliki uang. Aku akan berjuang bukan hanya dokter untuk masyarakat, tapi dokter untuk negara. Mengabdi kepada negara untuk menyehatkan anak-anak bangsa.
Benih unggul ialah penerus bangsa yang bukan hanya disayang oleh negara, tetapi karena sayang kepada negara, yang bukan hanya diperjuangkan oleh negara, tetapi berjuang demi negara. Semoga aku sosok Benih Unggul dan semoga seluruh mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2014 ialah Benih Unggul yang siap ditumbuh dan dikembangkan oleh Universitas Indonesia untuk berbuah manis di kehidupan mendatang. A..mi..n
10 Januari 2016



No comments:

Post a Comment

AFbm12 Production

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib